Kisah Pahit Pemberhentian Guru Honor: Tantangan Tuntutan Tak Terealisasi

Riau, (Faktacepat.id) – Edaran pemberhentian pegawai non-ASN di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pelalawan menciptakan protes dari guru honor madrasah. Meski tuntutan gaji dan perpanjangan SK telah dikemukakan, mediasi dengan PLh. Disdikbud tidak membuahkan hasil memuaskan.

 

Bagaimana kelanjutan perjuangan para guru honor dalam menghadapi buntu kebijakan?

 

Sukma mengapakan Ibarat cahaya fajar menyapa kegelapan, refleksi suara protes menggema di udara di kawasan Pelalawan. Guru-guru honor madrasah dari Langgam, Bandar Seikijang, dan PKL Kerinci, dipimpin oleh Kepala Madrasah dan Ketua PGRI, Ustadz Fadhli Rahman, M.Pd., bersatu di masjid Ulul Azmi sebelum menjejaki kantor Disdikbud.

 

“Surat edaran pemberhentian bagi guru honor madrasah yang tak mendapat perpanjangan SK mencoreng harapan mereka. Walau sudah setia lebih dari 2 tahun bahkan ada yang lebih dari 10 tahun tetapi upaya mereka diabaikan, menyisakan luka di hati. Ironisnya, rekan-rekan sekolah negeri menerima gaji saat mereka berdiam diri,” jelas Sukma

 

Lanjutnya, dalam pandangan sedih, mereka menelan ketidakadilan pemda dan Kemenag Kabupaten Pelalawan dalam menanggapi guru honor madrasah swasta. Kegelisahan nyata. Menuntut gaji setimpal dan perpanjangan SK, harapan mengubah nasib bergantung pada Bupati yang telah mengeluarkan surat edaran dengan Nomor : 800.1.13.2/Disdikbud/2025/305

Tentang pemberhentian pegawai non ASN di lingkungan dinas Pendidikan dan kebudayaan pemerintah Kabupaten Pelalawan

 

“Namun, mediasi dengan PLh. Disdikbud tak memenuhi tuntutan. Kekecewaan menggelayuti tahap perjuangan. Dendam tak terbalaskan di antara pendidik yang menanti keadilan,” pungkasnya.

 

Sukma menjelaskan kisah menyesakkan para guru honor mencerminkan kerapnya ketidakadilan pendidikan. Mereka menggugah kita merenung. Akankah hak di langit birokrasi tergapai, atau kekecewaan tetap gema di ruang keputusan yang mati? Atau, ini cermin bahwa keadilan hanya sepi impian?

 

“Mari renungkan bersama. Suara para guru honor terdengar di kekosongan kebijakan, atau mereka berjuang mengubah keputusan Bupati Pelalawan berharap impian jadi nyata, dan dapat didengar suara mereka di kegelapan keyakinan,” tutup Sukma

 

 

Penulis : Nur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *