Pelalawan, Faktacepat.id – Desa Labuhan Bilik, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, digemparkan oleh insiden memilukan pada Rabu, 10 September 2025, ketika Bapak Ramli mengalami serangan buaya saat hendak membersihkan sampah di baling-baling pompong di tepi parit tiga Untut. Kepala Desa, Pak Jusri, menyampaikan kronologi kejadian sekaligus mengungkapkan langkah-langkah yang telah diambil oleh masyarakat dan aparat terkait.
Pada pagi hari, aktivitas di desa berlangsung seperti biasa. Namun, di tepi sungai yang dikenal sebagai parit tiga Untut, terjadi insiden yang tidak terduga. Bapak Ramli, sosok yang dikenal ramah di komunitasnya, tiba-tiba diserang oleh seekor buaya ketika sedang membersihkan sampah di sekitar baling-baling pompongnya yang berada di sungai.
Menurut penuturan Pak Jusri, saat Bapak Ramli mendekati sungai, buaya tersebut dengan cepat melakukan serangan. “Orang pertama yang membantu korban adalah satu-satunya yang menyaksikan secara langsung. Saya saat itu sedang menghadiri acara Maulid Nabi dan baru mendapat kabar agak terlambat karena sinyal internet di lokasi sangat minim,” jelas Pak Jusri dengan penuh kesedihan.
Peristiwa tragis ini berlangsung sekitar pukul 11 siang dan baru menjadi perhatian publik melalui media sosial sekitar sejam kemudian. Korban kemudian segera dilarikan ke Batam guna mendapatkan pertolongan medis yang intensif, yang menunjukkan seberapa serius kondisi yang dialaminya. Namun demikian, Pak Jusri mengungkapkan bahwa dirinya tidak dapat hadir di lokasi karena harus menyelesaikan urusan mendesak di luar desa.
Desa Labuhan Bilik memang terkenal dengan keindahan alamnya yang asri, terutama sungai yang mengalir tenang di dekat permukiman warga. Meskipun demikian, peristiwa yang menimpa Bapak Ramli membuka wawasan kita akan potensi bahaya yang mungkin tersembunyi di balik keindahan tersebut. Buaya, sebagai predator purba yang umumnya menghindari manusia, dapat menjadi agresif apabila habitatnya terganggu atau terdesak.
“Kami sama sekali tidak menyangka buaya akan berani menyerang warga secara langsung. Kejadian ini menjadi peringatan serius bagi seluruh komunitas,” ujar Pak Jusri. Ia juga mengimbau agar warga lebih waspada dalam beraktivitas di sekitar sungai dan segera melapor apabila menemukan hal-hal yang mencurigakan.
Insiden ini memunculkan pertanyaan penting terkait pengelolaan dan pengawasan kawasan yang rawan keberadaan buaya di Kabupaten Pelalawan. Kepala Desa dan masyarakat meminta agar instansi terkait mengambil langkah cepat dan terkoordinasi. Beberapa pihak yang dianggap memiliki peran krusial antara lain:
Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Pelalawan, diharapkan melakukan identifikasi dan pemantauan populasi buaya guna menjaga ekosistem sekaligus memastikan keamanan warga. Survei habitat serta penetapan zona aman menjadi langkah awal yang diperlukan.
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkar) Kabupaten Pelalawan, yang dapat dilibatkan dalam operasi penyelamatan dan respons darurat apabila serangan buaya kembali terjadi.
Kepolisian dan Pemerintah Desa, bertanggung jawab mengawasi situasi, menyiapkan protokol keamanan, serta melakukan sosialisasi dan pemasangan peringatan bagi warga.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau, sebagai lembaga yang mengurusi perlindungan satwa liar, diharapkan mengambil tindakan evakuasi apabila diperlukan dan memberikan edukasi tentang interaksi yang aman antara manusia dan satwa liar.
Peristiwa ini menjadi refleksi penting mengenai bagaimana hubungan manusia dengan alam harus dijaga dengan penuh kehati-hatian dan kebijaksanaan. Seperti pepatah yang mengingatkan, “Bumi bukanlah warisan nenek moyang kita, melainkan pinjaman dari anak cucu.” Oleh karena itu, menjaga keseimbangan lingkungan menjadi tanggung jawab bersama,” tutup Jusri
Editor: INR