Video Viral Anak Belajar di Bawah Pohon Sawit, Dedy Prianto Desak Pemerintah Segera Beri Solusi untuk TNTN

Pelalawan, Faktacepat.id, 17 Juli 2025 — Sebuah video yang memperlihatkan sejumlah anak Sekolah Dasar (SD) tengah belajar di bawah pepohonan sawit di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Pelalawan, kini menjadi viral di media sosial dan memicu keprihatinan mendalam dari publik. Dalam rekaman tersebut, anak-anak berseragam merah putih duduk beralaskan terpal biru, dengan atap sementara yang terbuat dari terpal yang diikatkan pada rumah papan dan batang sawit. Kondisi ini dengan gamblang mencerminkan kerasnya perjuangan mereka demi menggapai pendidikan yang layak.

“Haruskah begini anak didikmu? Mereka masih kecil sudah dilawan dengan kerasnya dunia,” tulis akun Facebook Legimin Su pada unggahannya, Selasa (15/7/2025). Ungkapan ini menembus ke dalam rasa pedih saat melihat anak-anak tersebut menuntut ilmu di bawah tenda biru tanpa meja ataupun kursi, bertahan menghadapi terik matahari maupun hujan deras tanpa perlindungan yang memadai.

Video tersebut diambil pada hari pertama tahun ajaran baru, Senin (14/7), di Dusun Toro Jaya, Desa Kembang Bunga, Ukui, Pelalawan, yang tengah menjadi lokasi penertiban oleh Satgas Penyelesaian Konflik Hutan (PKH). Anak-anak tampak duduk melingkar di bawah pohon sawit, didampingi oleh seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) berseragam cokelat serta orangtua mereka.

Dedy Prianto, Sekretaris Komisi IV DPRD Kabupaten Pelalawan sekaligus politisi muda dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), memberikan komentarnya yang sarat empati mengenai situasi memilukan ini. Ia menjelaskan bahwa anak-anak tersebut merupakan siswa baru yang berjumlah 58 orang. Mereka terpaksa belajar di bawah pohon sawit karena SD Negeri 20 Dusun Toro Jaya tidak diizinkan menerima murid baru pada tahun ajaran 2025.

“Sementara siswa yang sudah terdaftar sekitar 455 anak tetap belajar di sekolah tersebut karena SD ini termasuk kategori kelas jauh dari SD Negeri 003 Desa Lubuk Kembang Bunga,” ujarnya.

Jarak dari Dusun Toro Jaya menuju sekolah utama yang berada di Desa Lubuk Kembang Bunga menempuh waktu sekitar dua jam perjalanan, sehingga amat menyulitkan orangtua untuk mengantar anak-anak mereka.

“Oleh karena itu, para orangtua mengambil inisiatif membuka kelas baru di bawah pohon sawit dan meminta guru untuk mengajar. Banyak orangtua meneteskan air mata melihat kondisi anak-anak mereka,” tambahnya dengan penuh kesedihan.

Selain aktif sebagai politisi dan legislator muda, Dedy Prianto memiliki latar belakang yang erat dengan dunia pendidikan. Sebelum menapaki karier politik, Dedy mengabdikan waktu yang cukup lama sebagai pendidik, sehingga memahami secara mendalam nilai-nilai pendidikan dan tantangan yang dihadapi oleh para siswa terutama di daerah terpencil. Pengalamannya sebagai pendidik membuatnya semakin peduli dan vokal dalam memperjuangkan hak anak-anak untuk mendapatkan akses pendidikan yang layak.

Dedy Prianto mengekspresikan keprihatinan mendalam sekaligus mendesak pemerintah pusat agar segera mengambil langkah-langkah konkret untuk menyelesaikan permasalahan ini.

“Agar anak-anak di TNTN tidak sampai terganggu proses belajar mereka. Pemerintah pusat harus memberikan solusi nyata mengenai keberlanjutan sekolah anak-anak di TNTN, jangan sampai mereka putus sekolah akibat persoalan yang di luar kendali mereka,” tegas Dedy pada Kamis, 17 Juli 2025.

Kasus ini menjadi refleksi nyata betapa pendidikan di wilayah pedalaman dan kawasan konservasi amat membutuhkan perhatian serius dan solusi berwawasan sosial. Hal ini agar masa depan generasi muda tidak terabaikan akibat persoalan administratif dan penertiban kawasan hutan. Pemerintah daerah dan pusat diharapkan dapat bersinergi guna memastikan hak anak-anak memperoleh pendidikan yang layak tetap terpenuhi meski menghadapi tantangan geografis dan regulasi yang ketat di kawasan TNTN.

 

Penulis: Dini

Editor: INR

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *